Selasa, 07 April 2020

Makalah Profesi Keguruan - KEMAMPUAN PRIBADI GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN


Mata Kuliah
Dosen Pengampu
Profesi Keguruan
Hairullah, M.Pd

KEMAMPUAN PRIBADI GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Oleh :
Kelompok 2
Nama

NPM
Muhammad Mirwan
:
18.12.4536
Muhammad Arni
:
18.12.4494
Lulu Rafikah
:
18.12.4492
Muslihah
:
18.12.4567

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MARTAPURA
2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan taufik dan hidayah-Nya jualah kami mampu menyelesaikan makalah Profesi Keguruan yang berjudul “Kemampuan Pribadi Guru Dalam Proses Pembelajaran”.Sholawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga beliau, sahabat-sahabat beliau, dan para pemgikut beliau dari dulu, sekarang dan masa akan datang.
Di dalam penyajian makalah ini, kami berusaha menyajikan dalam bentuk yang sederhana, agar mudah dalam menelaah dan memahaminya. Kami berharap dapat bermanfaat tidak hanya untuk penyusun pada khususnya, tetapi pembaca pada umumnya.
Kami menyadari keterbatasan yang terdapat di dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, terutama dari bapak Hairullah, M.Pd, sebagai dosen pembimbing mata kuliah Profesi Keguruan demi menyempurnakan isi, cara penulisan, dll.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada para penerbit dan pengarang buku, serta situs internet dalam mengikat pembahasan yang bersentuhan langsung dengan topik yang kami susun.


Martapura, 01-November-2019
Penulis :


Kelompok  2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.     Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Disiplin............................................................................................... 3
B.     Ulet Dan Tekun.................................................................................. 5
C.     Adil, Jujur, Dan Objektif.................................................................... 5
D.    Simpatik, Bijaksana Dan Sederhana.................................................. 6
E.     Keterbukaan........................................................................................ 7
F.      Kreatif Dan Semangat Kerja Yang Tinggi......................................... 8
G.    Berwibawa, Kemantapan Dan Integritas Pribadi............................... 9
BAB III PENUTUP
A.    KESIMPULAN................................................................................ 10
B.     PENUTUP........................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Guru merupakan salah satu komponen penting dalam belajar mengajar. Seorang guru ikut berperan serta dalam usaha membentuk sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Pengertian guru profesional menurut para ahli adalah semua orang yang mempunyai kewenangan serta bertanggung jawab tentang pendidikan anak didiknya, baik secara individual atau klasikal, di sekolah atau di luar sekolah.
            Seorang guru harus mempunyai beberapa kemampuan pribadi, berikut ini akan kami uraiakn beberapa kemampuan pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana disiplin dalam melaksanakan tugas?
2.      Apa itu ulet dan tekun?
3.      Bagaimana pengertian adil, jujur, objektif dalam memperlakukan penilaian siswa?
4.      Apa itu sikap simpatik, bijaksana dan sederhana?
5.      Apa itu keterbukaan?
6.      Apa itu kreatif dan semangat kerja yang tinggi?
7.      Bagaimana kewibawaan , kemantapan dan integritas pribadi seorang guru?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui arti disiplin dalam melaksanakan tugas.
2.      Untuk mengetahui apa itu sikap ulet dan tekun.
3.      Untuk mengetahui pengertian adil, jujur, dan objektif dalam melakukan penilaian terhadap siswa.
4.      Untuk mengetahui arti sikap simpatik, bijaksana dan sederhana.
5.      Untuk mengetahui arti sikap keterbukaan.
6.      Untuk mengetahui bagaimana sikap kreatif dan semangat kerja yang tinggi.
7.      Untuk mengetahui bagaimana kewibawaan, kemantapan dan integritas pribadi seorang guru.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    DISIPLIN
            Disiplin adalah rasa tanggung jawab untuk bertingkah laku dan mengikuti tata tertib yang baik sesuai dengan aturan norma yang berlaku. Dengan demikian, ciri utama dari disiplin adalah adanya keteraturan dan ketertiban. Guru yang profesional adalah guru yang mampu menunjukkan disiplin kerja yang tinggi dalam tugasnya dan dapat berintegrasi dengan masyarakat sekolah dan peserta didik, sesama guru serta anggota masyarakat di luar sekolah.[1]
            Disiplin masih menjadi barang mewah di negeri ini, bahkan sekarang menjadi sesuatu yang langka. Termasuk para guru sekalipun. Jika kita mengamati, sebenarnya disiplin merupakan salah satu kunci penting untuk menggapai kesuksesan, apalagi dalam dunia pendidikan.
            Membangun budaya disiplin patut digalakkan oleh semua pihak, guru sebagai figur teladan murid harus memberikan contoh yang baik dalam penegakan disiplin. Disiplin identik dengan konsistensi dalam melakukan sesuatu aktivitas. Ia merupakan simbol dari stamina yang prima, kerja keras yang tidak mengenal rasa malas. disiplin adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan di dunia dan di akhirat. Disiplin waktu, disiplin kerja, disiplin jiwa, disiplin rohani, dan disiplin lainnya, karena sesungguhnya hidup adalah tentang mengatur dan mengelola diri untuk menjadi lebih baik.. Cara mengelola dan mengatur diri agar lebih baik, sukses , dan berhasil.[2]
            Setiap orang pasti menginginkan keberhasilan dan kesuksesan, baik itu di dunia maupun di akhirat. Salah satu kunci yang tidak boleh ditinggalkan adalah karakter disiplin. Disiplin harus ditanamkan dan mengakar kuat dalam nurani diri. Memang tidak mudah mempunyai karakter dan pola hidup disiplin ini. Namun, karena disiplin menjadi salah satu kunci penting untuk menggapai kesuksesan hidup, maka mau tidak mau kita harus berlatih secara maksimal dan intensif menjadi seorang yang disiplin. Begitu juga dengan seorang guru. Sebab, dia menjadi teladan disiplin bagi murid-muridnya.
            Untuk membangun budaya disiplin yang kuat, Jamal Ma’mur Asmani menganjurkan beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencapainya.[3]
1.      Ingat selalu manfaat dan kerugiannya. Dalam konteks ini, seorang guru harus betul mengingatkan menjadi disiplin untuk menjadikan ekses pembelajaran berjalan secara efektif, baik, dan memuaskan.
2.      Ingat selalu cita-cita. Cita-cita yang besar selalu membutuhkan kerja keras, semangat pantang menyerah, dan prinsip maju tanpa kenal mundur. Sekali maju, sebesar apa pun halangan dan rintangan yang menghadang, harus dihadapi dengan sikap kesatria penuh keberanian. Namun,  untuk menggapai semua itu perlu kedisiplinan.
3.      Ingat selalu tnggung jawab. Tanggung jawab besar yang ada di pundak guru harus dilaksanakan sebagai amanat dari negara, masyarakat, dan nurani sendiri. Tanggung jawab mendidik dan mempersiapkan masa depan anak dan bangsa membutuhkan keseriusan dan kerja keras.
4.      Pandai mengatur waktu. Disiplin melaksanakan kegiatan membutuhkan kemampuan mengatur waktu dengan baik. Dari manajemen waktu tersebut bisa diketahui mana yang menjadi prioritas.
5.      Tinggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat. Seorang guru harus memberikan contoh yang baik dan konstruktif kepada anak didik dan masyarakat. Agama sudah memberikan pelajaran kepada kita bahwa sesuatu yang tidak ada manfaatnya harus ditinggalkan. Ucapan, tindakan, dan segala sepak terjang kita harus membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
            Menyimak kelima anjuran untuk menciptakan kedisiplinan ini, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sebagai seorang guru harus mampu mengendalikan dirinya terhadap segala sesuatu yang kurang bermanfaat, sehingga mampu menjaga kedisiplinan.
B.     ULET DAN TEKUN
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata ulet yaitu kuat dan tidak mudah putus asa yang disertai dengan kemauan keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Sedangkan tekun mempunyai arti rajin, dan bersungguh-sungguh.
            Keuletan dan ketekunan bekerja tanpa mengenal lelah dan pamrih merupakan hal yang harus dimiliki oleh guru. Guru tidak akan berputus asa apabila menghadapi kegagalan dan akan terus berusaha mengatasinya.[4]
            Pekerjaan seorang guru membutuhkan ketekunan dan keuletan, baik ketika mempersiapkan, melaksanakan maupun menyempurnakan pembelajaran. Ketika berada disekolah, guru tidak hanya berhadapan dengan anak-anak yang pandai saja, tetapi anak-anak yang kurang pandai. Tugas seorang guru bukan hanya dalam bentuk interaksi dengan siswa dikelas, tetapi guru juga menyiapkan bahan pelajaran serta memberikan penilaian atas semua pekerjaan siswa. Semua tugas-tugas tersebut menuntut ketekunan dan keuletan dari seorang guru.[5]
C.    ADIL, JUJUR DAN OBJEKTIF
            Adil mempunyai arti sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Sedangkan jujur berarti tidak berbohong dan tidak curang. Adapun objektif adalah keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi atau orang lain. Itulah arti-arti dari tiga kalimat judul sub bab ini yang tertera di dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI).
            Saat ini keadilan mulai jarang diketemukakan. Tampaknya keadilan menjadi hal yang mudah diucapkan, tetapi dalam praktik keseharian menjadi barang langka. Kondisi semacam ini terjadi tidak hanya pada satu aspek bidang tertentu saja, akan tetapi hampir ada pada setiap lini kehidupan. Bagi seorang guru, sikap adil dan pilih kasih menjadi sorotan banyak pihak. Guru yang mempunyai jabatan terkadang bersikap tidak adil terhadap guru-guru yang lain. Begitupula guru tidak boleh pilih kasih terhadap muridnya. Semua harus diperlakukan sama, baik dia yang berkulit hitam atau putih, pendek atau tinggi, berwajah manis atau tampan, anak orang kaya atau miskin, ayahnya berpangkat atau melarat, semuanya harus disamaratakan.[6]
            Adil, jujur, dan objektif dalam memperlakukan dan juga menilai siswa dalam praktik belajar mengajar merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh guru. Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Sedangkan jujur adalah tulus dan ikhlas dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Objektif artinya benar-benar menjalankan aturan dan kriteria yang telah ditetapkan, tidak pilih kasih dan lain sebagainya.[7]
D.    SIMPATIK, BIJAKSANA DAN SEDERHANA
            Seorang guru harus memiliki sikap simpati kepada anak didiknya. Inilah mengapa seorang guru harus mengakui dan menginsafi bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai kemauan dan kata hati sebagai daya jiwa untuk menilai kepribadian seorang guru. Guru yang memiliki sikap simpatik akan mudah melakukan interaksi edukatif dengan para peserta didik dalam proses belajar mengajar.
            Adapun bijaksana, sikap tersebut harus dimiliki seorang guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Seorang guru harus bisa menyikapi segala persoalan dengan bijaksana baik ketika proses belajar mengajar berangsung maupun tidak.
            Sederhana merupakan ciri kekhasan  pribadi seorang guru. Sederhana dalam penampilan, sikap, watak, dan dalam segi menyampaikan materi.
            Ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang erat kaitannya dengan sikap simpatik, bijaksana dan sederhana, yakni:
1.      Pendidik tidak boleh bersikap terlalu keras terhadap anak didiknya, karena dengan kekerasan dan paksaaan, itu sudah menjauhkan seorang guru dari sikap simpatik, bijaksana dan sederhana.
2.      Sebaliknya, sikap yang terlalu lemah dan lunak dari pendidik tidak dapat dibenarkan pula, karena sikap demikian dapat menyebabkan anak selalu berbuat sekehendak hati.[8]
E.     KETERBUKAAN
            Seorang guru hendaknya harus memiliki sifat terbuka, baik untuk menerima pertanyaan siswa, dimintai pendapat dan juga diminta untuk mengoreksi diri sendiri baik berupa kelemahan maupun kelebihan yang dilakukan oleh seorang guru.[9]
            Kesiapan mendiskusikan apapun dengan lingkungan tempat ia bekerja, baik dengan murid, orang tua murid, teman seprofesi, ataupun dengan masyarakat sekitar sekolah merupakan salah satu tuntutan terhadap guru. Ia diharapkan mampu menampung aspirasi berbagai pihak, bersedia menjadi pendukung, dan terus berusaha meningkatkan serta memperbaiki suasana kehidupan sekolah berdasarkan kebutuhan dan tuntutan berbagai pihak.[10]
            Mengembangkan sikap keterbukaan dalam komunitas kelas dapat dilakukan oleh guru dengan melaksanakan tanya jawab, diskusi dan lain sebagainya dalam proses pembelajaran.[11]
F.     KREATIF DAN SEMANGAT KERJA YANG TINGGI
            Guru kreatif dapat diartikan sebagai guru yang tak pernah puas dengan apa yang disampaikannya kepada peserta didik. Dia berusaha menemukan cara-cara terbaru untuk menemukan potensi unik siswa.[12]
            Guru adalah pembangkit kreativitas. Guru memegang kunci dalam pembangkitan dan pengembangan daya kreativitas peserta didik. Seorang guru yang ingin mengembangkan kreativitas pada peserta didiknya harus terlebih dahulu berusaha supaya dirinya sendiri menjadi kreatif.[13]
            Peranan kreativitas guru tidak sekedar membantu proses belajar mengajar dengan mencakup satu aspek dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup aspek-aspek lainnya, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Secara umum, kreativitas guru memiliki fungsi utama yaitu membantu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan efisien.[14]
            Kreativitas guru dapat difokuskan pada dua komponen pelajaran dikelas, yaitu kreativitas dalam manajemen kelas dan kreatifitas dalam pemanfaatan media belajar.
1.      Manajemen kelas adalah aktivitas guru dalam mengelola dinamika kelas, mengorganisasikan sumber daya yang ada serta menyusun perencanaan aktivitas yang dilakukan di kelas untuk diarahkan dalam proses pembelajaran yang lebih baik.
2.      Media belajar adalah alat atau benda yang dapat mendukung proses pembelajaran di kelas. Fungsi media belajar adalah membantu peserta didik dalam memahami konsep abstrak yang diajarkan, meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar, mengurangi terjadinya kesalahpengertian atau salah pemahaman dan memotivasi guru untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.[15]
            Selain sikap kreatif, masalah semangat juga sangat penting dalam proses pembelajaran. Pendidik yang tidak memiliki sikap semangat dalam proses pembelajaran berarti lesu. Lesu berarti kurang bergairah. Kurang bergairah berarti kurang motivasi. Jika gurunya saja tidak bersemangat dalam mengajar, maka peserta didik pun dalam proses pembelajaran akan cepat merasa bosan dan hilang semangat. Jadi, sepatutnya seorang guru harus memiliki semangat yang tinggi untuk memperoleh hasil yang optimal.[16]
G.    BERWIBAWA, KEMANTAPAN DAN INTEGRITAS PRIBADI
            Wibawa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti pembawaan untuk dapat menguasai, memengaruhi, dan dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik. Kewibawaan harus dimiliki seorang guru, karena dengan sifat wibawa lah praktik belajar mengajar akan berjalan dengan baik, berdisiplin dan tertib. Dengan demikian siswa akan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan yang dijelaskan oleh guru.[17]
            Kemantapan seorang guru dapat dilihat dari bagaimana ia dituntut untuk dapat bekerja teratur dan konsisten, tetapi tetap kreatif dalam menghadapi pekerjaannya sebagai guru. Menurut Hamalik, kemantapan seorang guru dalam bekerja hendaknya merupakan karakteristik pribadinya sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai terdidik. Integritas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan potensi dan kemampuan seseorang, sehingga memancarkan kewibawaan. Kemantapan dan integrasi pribadi ini tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan tumbuh melalui suatu proses belajar yang sengaja diciptakan. Dengan kemantapan dan integritas pribadi yang tinggi, maka setiap permasalahan yang dihadapi akan terpecahkan dan akan berpengaruh terhadap ketenangan praktik belajar mengajar.[18]


BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
1.      Disiplin adalah rasa tanggung jawab untuk bertingkah laku dan mengikuti tata tertib yang baik sesuai dengan aturan norma yang berlaku. Dengan demikian, ciri utama dari disiplin adalah adanya keteraturan dan ketertiban.
2.      Pekerjaan seorang guru membutuhkan ketekunan dan keuletan, baik ketika mempersiapkan, melaksanakan maupun menyempurnakan pembelajaran. Ketika berada disekolah, guru tidak hanya berhadapan dengan anak-anak yang pandai saja, tetapi anak-anak yang kurang pandai.
3.      Adil, jujur, dan objektif dalam memperlakukan dan juga menilai siswa dalam praktik belajar mengajar merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh guru.
4.      Seorang guru harus memiliki sikap simpati kepada anak didiknya. Inilah mengapa seorang guru harus mengakui dan menginsafi bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai kemauan dan kata hati sebagai daya jiwa untuk menilai kepribadian seorang guru. Guru yang memiliki sikap simpatik akan mudah melakukan interaksi edukatif dengan para peserta didik dalam proses belajar mengajar. Adapun bijaksana, sikap tersebut harus dimiliki seorang guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Seorang guru harus bisa menyikapi segala persoalan dengan bijaksana baik ketika proses belajar mengajar berangsung maupun tidak. Sederhana merupakan ciri kekhasan  pribadi seorang guru. Sederhana dalam penampilan, sikap, watak, dan dalam segi menyampaikan materi.
5.      Seorang guru hendaknya harus memiliki sifat terbuka, baik untuk menerima pertanyaan siswa, dimintai pendapat dan juga diminta untuk mengoreksi diri sendiri baik berupa kelemahan maupun kelebihan yang dilakukan oleh seorang guru
6.      Guru kreatif dapat diartikan sebagai guru yang tak pernah puas dengan apa yang disampaikannya kepada peserta didik. Dia berusaha menemukan cara-cara terbaru untuk menemukan potensi unik siswa
7.      Kewibawaan harus dimiliki seorang guru, karena dengan sifat wibawa lah praktik belajar mengajar akan berjalan dengan baik, berdisiplin dan tertib. Kemantapan seorang guru dalam bekerja hendaknya merupakan karakteristik pribadinya sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai terdidik

B.     SARAN
            Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita semua sebagai mahasiswa. Serta meningkatkan kecintaan dan sebagai pendorong daya tarik kita dalam memahami tentang apa saja kepribadian yang harus dimiliki seorang guru. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan sebagai perbaikan dalam penyusunan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fahruddin, Menjadi Guru Super, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

I Gede Mudana dkk, “Korelasi antara Disiplin, Motivasi, dan Semangat Kerja       Guru dengan Kemampuan Mengajarkan Bahasa Indonesia di Kelas XI SMAN Se kota Denpasar” Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan     Sastra Indonesia. Vol. 2 tahun 2013

Guntur Talajan, Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru, Yogyakarta :          LaksBang PRESSindo, 2012.

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo,         2000

Cece Wijaya, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar dan Mengajar,        Bandung : Rosdakarya, 1994

Kirania Maida, Kitab Suci Guru, Yogyakarta : Araska, 2012

Pustaka Ilmiah, http://pustakailmiah78.blogspot.com/2015/12/pustaka-ilmiah-        guru-dan-kepribadian.html?m=1. Diakses pada 30 oktober 2019 pada jam           03.49

Rijal, Karakter Guru Profesional dalam Mengajar, http://www.rijal09.com/2018/07/karakter-guru-profesional-dalam-      mengajar.html?m=1#. Diakses pada 01 November 2019 pada jam 04.33

Anshar, Pembelajarah Guru¸ http://anshar-   mtk.blogspot.com/2013/08/pembelajaran-guru.html?m=1 . Diakses pada 01          November 2019 pada jam 07.36




[1] I Gede Mudana dkk, “Korelasi antara Disiplin, Motivasi, dan Semangat Kerja Guru dengan Kemampuan Mengajarkan Bahasa Indonesia di Kelas XI SMAN Se kota Denpasar” Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. 2 tahun 2013. Hal. 4
[2] Ahmad Fahruddin, Menjadi Guru Super, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Hal. 47
[3] Ahmad Fahruddin, Menjadi Guru Super,.................. Hal. 48-50
[4] Pustaka Ilmiah, http://pustakailmiah78.blogspot.com/2015/12/pustaka-ilmiah-guru-dan-kepribadian.html?m=1. Diakses pada 30 oktober 2019 pada jam 03.49
[5] Rijal, Karakter Guru Profesional dalam Mengajar, http://www.rijal09.com/2018/07/karakter-guru-profesional-dalam-mengajar.html?m=1#. Diakses pada 01 November 2019 pada jam 04.33
[6] Ahmad Fahruddin, Menjadi Guru Super, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Hal. 3-4
[7] Pustaka Ilmiah, http://pustakailmiah78.blogspot.com/2015/12/pustaka-ilmiah-guru-dan-kepribadian.html?m=1. Diakses pada 30 oktober 2019 pada jam 03.49
[8] Anshar, Pembelajarah Guru¸ http://anshar-mtk.blogspot.com/2013/08/pembelajaran-guru.html?m=1 . Diakses pada 01 November 2019 pada jam 07.36
[9] Rijal, Karakter Guru Profesional dalam Mengajar, http://www.rijal09.com/2018/07/karakter-guru-profesional-dalam-mengajar.html?m=1#. Diakses pada 01 November 2019 pada jam 04.33
[10] Pustaka Ilmiah, http://pustakailmiah78.blogspot.com/2015/12/pustaka-ilmiah-guru-dan-kepribadian.html?m=1. Diakses pada 30 oktober 2019 pada jam 03.49
[11] Guntur Talajan, Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru, Yogyakarta : LaksBang PRESSindo, 2012. Hal.75
[12] Kirania Maida, Kitab Suci Guru, Yogyakarta : Araska, 2012, hal. 51
[13] Guntur Talajan, Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru, ............... Hal. 32
[14] Guntur Talajan, Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru............... Hal. 54-55
[15] Guntur Talajan, Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru............... Hal.58-59
[16] Anshar, Pembelajarah Guru¸ http://anshar-mtk.blogspot.com/2013/08/pembelajaran-guru.html?m=1 . Diakses pada 01 November 2019 pada jam 08.30
[17] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2000, hal. 39
[18] Cece Wijaya, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar dan Mengajar, Bandung : Rosdakarya, 1994, hal. 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar