Mata
Kuliah
|
Dosen
Pengampu
|
Profesi
Keguruan
|
Hairullah,
M.Pd
|
KEMAMPUAN PRIBADI GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Oleh :
Kelompok 2
Nama
|
|
NPM
|
Muhammad Mirwan
|
:
|
18.12.4536
|
Muhammad Arni
|
:
|
18.12.4494
|
Lulu Rafikah
|
:
|
18.12.4492
|
Muslihah
|
:
|
18.12.4567
|
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MARTAPURA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT, karena dengan taufik dan hidayah-Nya jualah kami mampu
menyelesaikan makalah Profesi Keguruan yang berjudul “Kemampuan Pribadi Guru
Dalam Proses Pembelajaran”.Sholawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga beliau,
sahabat-sahabat beliau, dan para pemgikut beliau dari dulu, sekarang dan masa
akan datang.
Di dalam
penyajian makalah ini, kami berusaha menyajikan dalam bentuk yang sederhana,
agar mudah dalam menelaah dan memahaminya. Kami berharap dapat bermanfaat tidak
hanya untuk penyusun pada khususnya, tetapi pembaca pada umumnya.
Kami menyadari
keterbatasan yang terdapat di dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,
kami berharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, terutama
dari bapak Hairullah, M.Pd, sebagai dosen pembimbing mata kuliah Profesi
Keguruan demi menyempurnakan isi, cara penulisan, dll.
Akhir kata,
kami ucapkan terimakasih kepada para penerbit dan pengarang buku, serta situs
internet dalam mengikat pembahasan yang bersentuhan langsung dengan topik yang
kami susun.
Martapura,
01-November-2019
Penulis :
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang...................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................. 1
C.
Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Disiplin............................................................................................... 3
B.
Ulet
Dan Tekun.................................................................................. 5
C.
Adil,
Jujur, Dan Objektif.................................................................... 5
D.
Simpatik,
Bijaksana Dan Sederhana.................................................. 6
E.
Keterbukaan........................................................................................ 7
F.
Kreatif
Dan Semangat Kerja Yang Tinggi......................................... 8
G.
Berwibawa,
Kemantapan Dan Integritas Pribadi............................... 9
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN................................................................................ 10
B.
PENUTUP........................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Guru merupakan
salah satu komponen penting dalam belajar mengajar. Seorang guru ikut berperan
serta dalam usaha membentuk sumber daya manusia yang potensial di bidang
pembangunan. Pengertian guru profesional menurut para ahli adalah semua orang
yang mempunyai kewenangan serta bertanggung jawab tentang pendidikan anak
didiknya, baik secara individual atau klasikal, di sekolah atau di luar sekolah.
Seorang guru harus
mempunyai beberapa kemampuan pribadi, berikut ini akan kami uraiakn beberapa
kemampuan pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
disiplin dalam melaksanakan tugas?
2.
Apa
itu ulet dan tekun?
3.
Bagaimana
pengertian adil, jujur, objektif dalam memperlakukan penilaian siswa?
4.
Apa
itu sikap simpatik, bijaksana dan sederhana?
5.
Apa
itu keterbukaan?
6.
Apa
itu kreatif dan semangat kerja yang tinggi?
7.
Bagaimana
kewibawaan , kemantapan dan integritas pribadi seorang guru?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui arti disiplin dalam melaksanakan tugas.
2.
Untuk
mengetahui apa itu sikap ulet dan tekun.
3.
Untuk
mengetahui pengertian adil, jujur, dan objektif dalam melakukan penilaian
terhadap siswa.
4.
Untuk
mengetahui arti sikap simpatik, bijaksana dan sederhana.
5.
Untuk
mengetahui arti sikap keterbukaan.
6.
Untuk
mengetahui bagaimana sikap kreatif dan semangat kerja yang tinggi.
7.
Untuk
mengetahui bagaimana kewibawaan, kemantapan dan integritas pribadi seorang
guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DISIPLIN
Disiplin adalah
rasa tanggung jawab untuk bertingkah laku dan mengikuti tata tertib yang baik
sesuai dengan aturan norma yang berlaku. Dengan demikian, ciri utama dari
disiplin adalah adanya keteraturan dan ketertiban. Guru yang profesional adalah
guru yang mampu menunjukkan disiplin kerja yang tinggi dalam tugasnya dan dapat
berintegrasi dengan masyarakat sekolah dan peserta didik, sesama guru serta
anggota masyarakat di luar sekolah.[1]
Disiplin masih
menjadi barang mewah di negeri ini, bahkan sekarang menjadi sesuatu yang
langka. Termasuk para guru sekalipun. Jika kita mengamati, sebenarnya disiplin
merupakan salah satu kunci penting untuk menggapai kesuksesan, apalagi dalam
dunia pendidikan.
Membangun budaya
disiplin patut digalakkan oleh semua pihak, guru sebagai figur teladan murid
harus memberikan contoh yang baik dalam penegakan disiplin. Disiplin identik dengan konsistensi dalam melakukan sesuatu
aktivitas. Ia merupakan simbol dari stamina yang prima, kerja keras yang tidak
mengenal rasa malas. disiplin adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan di dunia
dan di akhirat. Disiplin waktu, disiplin kerja, disiplin jiwa, disiplin rohani,
dan disiplin lainnya, karena sesungguhnya hidup adalah tentang mengatur dan
mengelola diri untuk menjadi lebih baik.. Cara mengelola dan mengatur diri agar
lebih baik, sukses , dan berhasil.[2]
Setiap orang pasti
menginginkan keberhasilan dan kesuksesan, baik itu di dunia maupun di akhirat.
Salah satu kunci yang tidak boleh ditinggalkan adalah karakter disiplin.
Disiplin harus ditanamkan dan mengakar kuat dalam nurani diri. Memang tidak
mudah mempunyai karakter dan pola hidup disiplin ini. Namun, karena disiplin
menjadi salah satu kunci penting untuk menggapai kesuksesan hidup, maka mau
tidak mau kita harus berlatih secara maksimal dan intensif menjadi seorang yang
disiplin. Begitu juga dengan seorang guru. Sebab, dia menjadi teladan disiplin
bagi murid-muridnya.
Untuk membangun budaya disiplin yang kuat, Jamal Ma’mur Asmani
menganjurkan beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencapainya.[3]
1.
Ingat
selalu manfaat dan kerugiannya. Dalam konteks ini, seorang guru harus betul
mengingatkan menjadi disiplin untuk menjadikan ekses pembelajaran berjalan
secara efektif, baik, dan memuaskan.
2.
Ingat
selalu cita-cita. Cita-cita yang besar selalu membutuhkan kerja keras, semangat
pantang menyerah, dan prinsip maju tanpa kenal mundur. Sekali maju, sebesar apa
pun halangan dan rintangan yang menghadang, harus dihadapi dengan sikap
kesatria penuh keberanian. Namun, untuk
menggapai semua itu perlu kedisiplinan.
3.
Ingat
selalu tnggung jawab. Tanggung jawab besar yang ada di pundak guru harus
dilaksanakan sebagai amanat dari negara, masyarakat, dan nurani sendiri.
Tanggung jawab mendidik dan mempersiapkan masa depan anak dan bangsa
membutuhkan keseriusan dan kerja keras.
4.
Pandai
mengatur waktu. Disiplin melaksanakan kegiatan membutuhkan kemampuan mengatur
waktu dengan baik. Dari manajemen waktu tersebut bisa diketahui mana yang
menjadi prioritas.
5.
Tinggalkan
sesuatu yang tidak bermanfaat. Seorang guru harus memberikan contoh yang baik
dan konstruktif kepada anak didik dan masyarakat. Agama sudah memberikan
pelajaran kepada kita bahwa sesuatu yang tidak ada manfaatnya harus
ditinggalkan. Ucapan, tindakan, dan segala sepak terjang kita harus membawa
manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Menyimak kelima
anjuran untuk menciptakan kedisiplinan ini, dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwa sebagai seorang guru harus mampu mengendalikan dirinya terhadap segala
sesuatu yang kurang bermanfaat, sehingga mampu menjaga kedisiplinan.
B.
ULET DAN TEKUN
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata ulet yaitu kuat dan tidak mudah putus asa
yang disertai dengan kemauan keras dalam berusaha mencapai tujuan dan
cita-cita. Sedangkan tekun mempunyai arti rajin, dan bersungguh-sungguh.
Keuletan dan
ketekunan bekerja tanpa mengenal lelah dan pamrih merupakan hal yang harus
dimiliki oleh guru. Guru tidak akan berputus asa apabila menghadapi kegagalan
dan akan terus berusaha mengatasinya.[4]
Pekerjaan seorang
guru membutuhkan ketekunan dan keuletan, baik ketika mempersiapkan,
melaksanakan maupun menyempurnakan pembelajaran. Ketika berada disekolah, guru
tidak hanya berhadapan dengan anak-anak yang pandai saja, tetapi anak-anak yang
kurang pandai. Tugas seorang guru bukan hanya dalam bentuk interaksi dengan
siswa dikelas, tetapi guru juga menyiapkan bahan pelajaran serta memberikan
penilaian atas semua pekerjaan siswa. Semua tugas-tugas tersebut menuntut
ketekunan dan keuletan dari seorang guru.[5]
C.
ADIL, JUJUR DAN OBJEKTIF
Adil mempunyai
arti sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Sedangkan jujur berarti
tidak berbohong dan tidak curang. Adapun objektif adalah keadaan yang
sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi atau orang lain.
Itulah arti-arti dari tiga kalimat judul sub bab ini yang tertera di dalam
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI).
Saat ini keadilan
mulai jarang diketemukakan. Tampaknya keadilan menjadi hal yang mudah
diucapkan, tetapi dalam praktik keseharian menjadi barang langka. Kondisi
semacam ini terjadi tidak hanya pada satu aspek bidang tertentu saja, akan
tetapi hampir ada pada setiap lini kehidupan. Bagi seorang guru, sikap adil dan
pilih kasih menjadi sorotan banyak pihak. Guru yang mempunyai jabatan terkadang
bersikap tidak adil terhadap guru-guru yang lain. Begitupula guru tidak boleh
pilih kasih terhadap muridnya. Semua harus diperlakukan sama, baik dia yang
berkulit hitam atau putih, pendek atau tinggi, berwajah manis atau tampan, anak
orang kaya atau miskin, ayahnya berpangkat atau melarat, semuanya harus
disamaratakan.[6]
Adil, jujur, dan
objektif dalam memperlakukan dan juga menilai siswa dalam praktik belajar
mengajar merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh guru. Adil artinya
menempatkan sesuatu pada tempatnya. Sedangkan jujur adalah tulus dan ikhlas
dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Objektif artinya benar-benar
menjalankan aturan dan kriteria yang telah ditetapkan, tidak pilih kasih dan
lain sebagainya.[7]
D.
SIMPATIK, BIJAKSANA DAN SEDERHANA
Seorang guru harus
memiliki sikap simpati kepada anak didiknya. Inilah mengapa seorang guru harus
mengakui dan menginsafi bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai kemauan
dan kata hati sebagai daya jiwa untuk menilai kepribadian seorang guru. Guru
yang memiliki sikap simpatik akan mudah melakukan interaksi edukatif dengan
para peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Adapun bijaksana,
sikap tersebut harus dimiliki seorang guru pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Seorang guru harus bisa menyikapi segala persoalan dengan
bijaksana baik ketika proses belajar mengajar berangsung maupun tidak.
Sederhana
merupakan ciri kekhasan pribadi seorang
guru. Sederhana dalam penampilan, sikap, watak, dan dalam segi menyampaikan
materi.
Ada dua hal yang
perlu diperhatikan oleh seorang guru yang erat kaitannya dengan sikap simpatik,
bijaksana dan sederhana, yakni:
1.
Pendidik
tidak boleh bersikap terlalu keras terhadap anak didiknya, karena dengan
kekerasan dan paksaaan, itu sudah menjauhkan seorang guru dari sikap simpatik,
bijaksana dan sederhana.
2.
Sebaliknya,
sikap yang terlalu lemah dan lunak dari pendidik tidak dapat dibenarkan pula,
karena sikap demikian dapat menyebabkan anak selalu berbuat sekehendak hati.[8]
E.
KETERBUKAAN
Seorang guru
hendaknya harus memiliki sifat terbuka, baik untuk menerima pertanyaan siswa,
dimintai pendapat dan juga diminta untuk mengoreksi diri sendiri baik berupa
kelemahan maupun kelebihan yang dilakukan oleh seorang guru.[9]
Kesiapan
mendiskusikan apapun dengan lingkungan tempat ia bekerja, baik dengan murid,
orang tua murid, teman seprofesi, ataupun dengan masyarakat sekitar sekolah
merupakan salah satu tuntutan terhadap guru. Ia diharapkan mampu menampung
aspirasi berbagai pihak, bersedia menjadi pendukung, dan terus berusaha meningkatkan
serta memperbaiki suasana kehidupan sekolah berdasarkan kebutuhan dan tuntutan
berbagai pihak.[10]
Mengembangkan
sikap keterbukaan dalam komunitas kelas dapat dilakukan oleh guru dengan
melaksanakan tanya jawab, diskusi dan lain sebagainya dalam proses
pembelajaran.[11]
F.
KREATIF DAN SEMANGAT KERJA YANG TINGGI
Guru kreatif dapat diartikan sebagai guru yang tak pernah puas
dengan apa yang disampaikannya kepada peserta didik. Dia berusaha menemukan
cara-cara terbaru untuk menemukan potensi unik siswa.[12]
Guru adalah
pembangkit kreativitas. Guru memegang kunci dalam pembangkitan dan pengembangan
daya kreativitas peserta didik. Seorang guru yang ingin mengembangkan
kreativitas pada peserta didiknya harus terlebih dahulu berusaha supaya dirinya
sendiri menjadi kreatif.[13]
Peranan
kreativitas guru tidak sekedar membantu proses belajar mengajar dengan mencakup
satu aspek dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup aspek-aspek lainnya,
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Secara umum, kreativitas guru
memiliki fungsi utama yaitu membantu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat
dan efisien.[14]
Kreativitas guru
dapat difokuskan pada dua komponen pelajaran dikelas, yaitu kreativitas dalam
manajemen kelas dan kreatifitas dalam pemanfaatan media belajar.
1.
Manajemen
kelas adalah aktivitas guru dalam mengelola dinamika kelas, mengorganisasikan
sumber daya yang ada serta menyusun perencanaan aktivitas yang dilakukan di
kelas untuk diarahkan dalam proses pembelajaran yang lebih baik.
2.
Media
belajar adalah alat atau benda yang dapat mendukung proses pembelajaran di
kelas. Fungsi media belajar adalah membantu peserta didik dalam memahami konsep
abstrak yang diajarkan, meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar,
mengurangi terjadinya kesalahpengertian atau salah pemahaman dan memotivasi
guru untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.[15]
Selain sikap
kreatif, masalah semangat juga sangat penting dalam proses pembelajaran.
Pendidik yang tidak memiliki sikap semangat dalam proses pembelajaran berarti
lesu. Lesu berarti kurang bergairah. Kurang bergairah berarti kurang motivasi.
Jika gurunya saja tidak bersemangat dalam mengajar, maka peserta didik pun
dalam proses pembelajaran akan cepat merasa bosan dan hilang semangat. Jadi,
sepatutnya seorang guru harus memiliki semangat yang tinggi untuk memperoleh
hasil yang optimal.[16]
G.
BERWIBAWA, KEMANTAPAN DAN INTEGRITAS PRIBADI
Wibawa dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia memiliki arti pembawaan untuk dapat menguasai,
memengaruhi, dan dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang
mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik. Kewibawaan harus dimiliki seorang
guru, karena dengan sifat wibawa lah praktik belajar mengajar akan berjalan
dengan baik, berdisiplin dan tertib. Dengan demikian siswa akan taat dan patuh
pada peraturan yang berlaku sesuai dengan yang dijelaskan oleh guru.[17]
Kemantapan seorang
guru dapat dilihat dari bagaimana ia dituntut untuk dapat bekerja teratur dan
konsisten, tetapi tetap kreatif dalam menghadapi pekerjaannya sebagai guru.
Menurut Hamalik, kemantapan seorang guru dalam bekerja hendaknya merupakan
karakteristik pribadinya sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh
siswa sebagai terdidik. Integritas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan
potensi dan kemampuan seseorang, sehingga memancarkan kewibawaan. Kemantapan
dan integrasi pribadi ini tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan tumbuh
melalui suatu proses belajar yang sengaja diciptakan. Dengan kemantapan dan
integritas pribadi yang tinggi, maka setiap permasalahan yang dihadapi akan
terpecahkan dan akan berpengaruh terhadap ketenangan praktik belajar mengajar.[18]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Disiplin
adalah rasa tanggung jawab untuk bertingkah laku dan mengikuti tata tertib yang
baik sesuai dengan aturan norma yang berlaku. Dengan demikian, ciri utama dari
disiplin adalah adanya keteraturan dan ketertiban.
2.
Pekerjaan
seorang guru membutuhkan ketekunan dan keuletan, baik ketika mempersiapkan,
melaksanakan maupun menyempurnakan pembelajaran. Ketika berada disekolah, guru
tidak hanya berhadapan dengan anak-anak yang pandai saja, tetapi anak-anak yang
kurang pandai.
3.
Adil,
jujur, dan objektif dalam memperlakukan dan juga menilai siswa dalam praktik
belajar mengajar merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh guru.
4.
Seorang
guru harus memiliki sikap simpati kepada anak didiknya. Inilah mengapa seorang
guru harus mengakui dan menginsafi bahwa anak-anak adalah makhluk yang
mempunyai kemauan dan kata hati sebagai daya jiwa untuk menilai kepribadian
seorang guru. Guru yang memiliki sikap simpatik akan mudah melakukan interaksi
edukatif dengan para peserta didik dalam proses belajar mengajar. Adapun
bijaksana, sikap tersebut harus dimiliki seorang guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Seorang guru harus bisa menyikapi segala persoalan
dengan bijaksana baik ketika proses belajar mengajar berangsung maupun tidak.
Sederhana merupakan ciri kekhasan
pribadi seorang guru. Sederhana dalam penampilan, sikap, watak, dan
dalam segi menyampaikan materi.
5.
Seorang
guru hendaknya harus memiliki sifat terbuka, baik untuk menerima pertanyaan
siswa, dimintai pendapat dan juga diminta untuk mengoreksi diri sendiri baik
berupa kelemahan maupun kelebihan yang dilakukan oleh seorang guru
6.
Guru
kreatif dapat diartikan sebagai guru yang tak pernah puas dengan apa yang
disampaikannya kepada peserta didik. Dia berusaha menemukan cara-cara terbaru
untuk menemukan potensi unik siswa
7.
Kewibawaan
harus dimiliki seorang guru, karena dengan sifat wibawa lah praktik belajar
mengajar akan berjalan dengan baik, berdisiplin dan tertib. Kemantapan seorang
guru dalam bekerja hendaknya merupakan karakteristik pribadinya sehingga pola
hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai terdidik
B.
SARAN
Besar harapan kami, semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita semua sebagai mahasiswa. Serta
meningkatkan kecintaan dan sebagai pendorong daya tarik kita dalam memahami
tentang apa saja kepribadian yang harus dimiliki seorang guru. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan sebagai
perbaikan dalam penyusunan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fahruddin, Menjadi Guru Super,
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
I Gede Mudana dkk, “Korelasi antara
Disiplin, Motivasi, dan Semangat Kerja Guru
dengan Kemampuan Mengajarkan Bahasa Indonesia di Kelas XI SMAN Se kota Denpasar” Jurnal Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Vol. 2 tahun 2013
Guntur Talajan, Menumbuhkan
Kreativitas dan Prestasi Guru, Yogyakarta : LaksBang PRESSindo, 2012.
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar
dan Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2000
Cece Wijaya, Kemampuan Dasar Guru
dalam Proses Belajar dan Mengajar, Bandung
: Rosdakarya, 1994
Kirania Maida, Kitab Suci Guru,
Yogyakarta : Araska, 2012
Pustaka
Ilmiah, http://pustakailmiah78.blogspot.com/2015/12/pustaka-ilmiah- guru-dan-kepribadian.html?m=1. Diakses pada 30 oktober 2019 pada jam 03.49
Rijal, Karakter
Guru Profesional dalam Mengajar, http://www.rijal09.com/2018/07/karakter-guru-profesional-dalam- mengajar.html?m=1#. Diakses pada 01 November 2019 pada jam
04.33
Anshar, Pembelajarah
Guru¸ http://anshar- mtk.blogspot.com/2013/08/pembelajaran-guru.html?m=1 . Diakses pada 01 November 2019 pada jam 07.36
[1] I Gede Mudana
dkk, “Korelasi antara Disiplin, Motivasi, dan Semangat Kerja Guru dengan
Kemampuan Mengajarkan Bahasa Indonesia di Kelas XI SMAN Se kota Denpasar” Jurnal
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. 2 tahun 2013.
Hal. 4
[2] Ahmad
Fahruddin, Menjadi Guru Super, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Hal.
47
[3] Ahmad
Fahruddin, Menjadi Guru Super,.................. Hal. 48-50
[4] Pustaka
Ilmiah, http://pustakailmiah78.blogspot.com/2015/12/pustaka-ilmiah-guru-dan-kepribadian.html?m=1. Diakses pada
30 oktober 2019 pada jam 03.49
[5] Rijal, Karakter
Guru Profesional dalam Mengajar, http://www.rijal09.com/2018/07/karakter-guru-profesional-dalam-mengajar.html?m=1#. Diakses pada 01 November 2019 pada jam 04.33
[6] Ahmad
Fahruddin, Menjadi Guru Super, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Hal.
3-4
[7] Pustaka
Ilmiah, http://pustakailmiah78.blogspot.com/2015/12/pustaka-ilmiah-guru-dan-kepribadian.html?m=1. Diakses pada
30 oktober 2019 pada jam 03.49
[8] Anshar, Pembelajarah
Guru¸ http://anshar-mtk.blogspot.com/2013/08/pembelajaran-guru.html?m=1 . Diakses pada 01 November 2019 pada jam 07.36
[9] Rijal, Karakter
Guru Profesional dalam Mengajar, http://www.rijal09.com/2018/07/karakter-guru-profesional-dalam-mengajar.html?m=1#. Diakses pada 01 November 2019 pada jam 04.33
[10] Pustaka
Ilmiah, http://pustakailmiah78.blogspot.com/2015/12/pustaka-ilmiah-guru-dan-kepribadian.html?m=1. Diakses pada
30 oktober 2019 pada jam 03.49
[11] Guntur Talajan,
Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru, Yogyakarta : LaksBang
PRESSindo, 2012. Hal.75
[12] Kirania Maida,
Kitab Suci Guru, Yogyakarta : Araska, 2012, hal. 51
[16] Anshar, Pembelajarah
Guru¸ http://anshar-mtk.blogspot.com/2013/08/pembelajaran-guru.html?m=1 . Diakses pada 01 November 2019 pada jam 08.30
[17] Oemar Hamalik,
Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2000, hal.
39
[18] Cece Wijaya, Kemampuan
Dasar Guru dalam Proses Belajar dan Mengajar, Bandung : Rosdakarya, 1994,
hal. 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar